Jakarta,traznews.com Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar acara PAI Award 2024 tingkat nasional pada Rabu (21/8/2024). Acara ini memberikan penghargaan kepada para penyuluh agama yang berprestasi dalam delapan kategori, termasuk di antaranya Penguatan Moderasi Beragama. Salah satu penerima penghargaan tersebut adalah Syarif Hidayatullah, seorang Penyuluh Agama Islam yang berhasil meraih penghargaan atas usahanya dalam melakukan penyuluhan kepada para mantan narapidana.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Wakil Menteri Agama, Saiful Rahmat, dalam malam penganugerahan tersebut. Delapan kategori yang dipertandingkan dalam PAI Award 2024 meliputi Peningkatan Literasi Al-Qur’an, Pendampingan Kelompok Rentan, Kesehatan Masyarakat, Pemberdayaan Ekonomi Umat, Penegakan Hukum, Pelestarian Lingkungan, Metode Penyuluhan Baru, dan Penguatan Moderasi Beragama.
Syarif Hidayatullah mengungkapkan rasa syukurnya atas penghargaan yang diterimanya. “Kami berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Alhamdulillah, setelah berjuang selama lebih dari 15 tahun, akhirnya usaha kami mendapat pengakuan dari Kementerian Agama,” ujarnya.
Syarif menjelaskan bahwa program yang ia rintis untuk membina mantan narapidana membutuhkan waktu yang tidak singkat. “Prosesnya cukup lama karena binaan kami adalah mantan narapidana. Kami melakukan pendekatan dan pembinaan secara perlahan selama bertahun-tahun hingga akhirnya terbentuk yayasan.”
Dengan adanya yayasan, menurutnya, pekerjaan menjadi lebih terukur dan berhasil menembus akses pemerintah kota Semarang. “Kami membuat program bernama Binamin (Bina Eks-Napi Terorisme) yang bertujuan menjadikan mereka agen moderasi beragama. Gagasan ini harus segera disebarkan agar tidak hanya berfokus pada diri saya saja, tetapi juga menyasar pelajar dan kelompok rentan lainnya.”
Program yang dijalankan Syarif mulai menunjukkan hasil. “Alhamdulillah, sejak program ini berjalan pada 2022 hingga pertengahan 2024, Semarang mencapai Zero Kasus Intoleran. Selain itu, kota Semarang berhasil masuk dalam 10 besar indeks kota toleran, peringkat ke-7 pada 2022, dan peringkat ke-5 pada 2023. Harapan kami, peringkat ini bisa meningkat lagi di tahun 2024,” jelasnya.
Syarif juga berharap agar programnya dapat diduplikasi oleh penyuluh lainnya. “Harapan saya, penyuluh lain yang mungkin ragu untuk melakukan penyuluhan secara intens bisa ikut serta dalam program ini. Saya juga berharap program ini dapat membantu Semarang masuk dalam IKT (Indeks Kota Toleran) serta mendukung munculnya Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang mengarah pada terorisme, yang diharapkan akan diluncurkan oleh Wali Kota pada Agustus ini.”
Ia menutup dengan harapan agar usaha ini bisa menjangkau keluarga-keluarga yang terasosiasi dengan jaringan terorisme, terutama ibu dan anak. “Karena ibu adalah sosok pertama yang mendoktrin anaknya, dengan adanya penyuluhan ini, semoga ibu-ibu terbebas dari doktrin kekerasan sehingga anak-anak mereka juga akan terlepas dari pengaruh tersebut,” pungkasnya.