LAMPUNG, – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Paguyuban Keluarga Besar Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) Lampung bakal menghadirkan pertunjukan kesenian tradisional wayang kulit dan kuda lumping, memperingati HUT ke-44 organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) komunitas etnis basis mula Jawa terbesar di Indonesia ini, pada 20-21 Juli mendatang.
Ketua DPW Paguyuban Keluarga Besar (PKB) Pujakesuma Lampung Ki Nuryono, pada Rabu (17/7/2024) mewarta, peringatan HUT ke-44 Pujakesuma di Lampung akan dihelat Sabtu (20/7/2024) ba’da Isya diisi pagelaran wayang kulit, dilanjutkan pertunjukan kuda lumping, Minggu (21/7/2024) mulai pukul 13.00 WIB.
“Acara kami pusatkan satu titik, Jalan Sultan Badaruddin Kelurahan Gunung Agung, Langkapura, Bandarlampung. Lokasi di lapangan mini belakang Indomaret, tak jauh dari sekretariat DPW Pujakesuma Lampung. Salam Rukun, Raket, Regeng, Rumekso” ujar Pakde, sapaan Ki Nuryono.
Pagelaran wayang kulit nanti menampilkan dalang Ki Teguh Surono N Dimun. “Lakonnya, ‘Begawan Kitiran Mas’. Untuk karawitan dari Sanggar Seni Swara Pringgodani,” ujarnya.
Untuk susunan acara pagelaran wayang kulit, Sekretaris DPW PKB Pujakesuma Lampung, Sudaryono menambahkan, dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Mars Pujakesuma, serta penampilan Tari Sembah. “Abis laporan kegiatan oleh Pakde Nuryono, dilanjutkan dengan kata sambutan Walikota Bandarlampung, Bunda Eva Dwiana, dan Pj Gubernur Lampung Bapak Samsudin. Datang ya?” ujar Sudaryono.
Pengingat, organisasi berhimpunnya warga Jawa di Sumatera ini didirikan 10 Juli 1980 silam. Merespons kegelisahan para sesepuh melihat generasi penerus menunjukkan lupa budaya sebagai imbas pengaruh hubungan sosial dan perkembangan zaman kemajuan teknologi informasi, berdampak generasi Jawa perlahan meninggalkan budayanya. Dari itu Pujakesuma ambil peran jaga-lestarikan budaya Jawa di tengah masyarakat.
Tujuan Pujakesuma hasil Mubes ke-5. Kesatu, meningkatkan ketakwaan warga Pujakesuma terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Kedua, meningkatkan kualitas SDM dan kehidupan sosial, ekonomi warga Pujakesuma. Ketiga, menggali, membina, mengembangkan kesenian, kebudayaan Jawa serta olah raga melalui kerja sama dengan organisasi sosial dan budaya lainnya untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa.
Sejarah mula berdirinya, pertengahan abad ke-19, tanah Deli di pantai timur Sumatera mulai menarik perhatian bangsa asing karena kekayaannya, terutama dengan dibukanya perkebunan tembakau. Deli dikenal negeri makmur, tujuan utama banyak orang banyak negara adu nasib cari kehidupan lebih baik.
Migrasi penduduk berbagai negara memicu perjalanan sejarah perkembangan kota yang lantas dikenal sebagai Paris van Sumatera. Kebutuhan pekerja perkebunan tembakau mendorong pengusaha asing mendatangkan pekerja dari daratan Cina dan India.
Dibukanya lahan konsesi baru meningkatkan kebutuhan pekerja murah. Konflik Belanda vs Inggris buat pengusaha kesulitan datangkan pekerja dari Pulau Penang, Malaysia. Lantas, didatangkanlah pekerja dari Jawa melalui perjalanan laut menuju Pelabuhan Belawan.
Sebelum disebar ke perkebunan Sumatera Timur, pekerja asal Jawa mengkristal etos kebersamaannya, membentuk persaudaraan dikenal istilah “Sedulur Tunggal Sekapal.
Akulturasi budaya di antara pekerja Jawa yang beda latar belakang ciptakan budaya baru salah satunya seni hiburan Ketoprak Dor, bentuk ekspresi budaya yang tak pernah ada sebelumnya di tanah leluhur mereka.
Sebelum didirikan, cikal bakal Pujakesuma berasal dari sanggar dan perkumpulan seni budaya Jawa: Ikatan Kesenian Jawa (IKJ) dirian Letkol Sukardi, berubah jadi Paguyuban Pujakesuma tahun 1879, tenar Pujakesuma.
Nama dan lambang perkumpulan ini, bentuk bunga Wijaya Kesuma, konon hasil tirakatan.
Secara organisatoris, DPP PKB Pujakesuma yang kini diketua-umumi oleh Eko Sopianto, berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. Memiliki kino antara lain Wanita Pujakesuma, Senopati Pujakesuma, LBH Pujakesuma, Generasi Muda (GM) Pujakesuma, dan Generasi Mahasiswa (Gema) Pujakesuma.