Metro – Hiruk pikuk di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebuah rumah sakit menjadi sebentuk seni bagi para pahlawan tak terlihat, yaitu tenaga kesehatan. Mereka menyaksikan lalu lalang keluarga yang membopong pasien sebagai bagian dari tugas sehari-hari di ruang IGD yang memberikan pelayanan maksimal non-stop 24 jam.
Dalam panggung kesibukan itu, tantangan tidak hanya bersifat fisik dalam menyembuhkan pasien, melainkan juga melibatkan aspek psikologis. Tak jarang, tenaga medis menerima perkataan atau perbuatan kurang menyenangkan dari keluarga pasien. Tapi, dengan ketangguhan mental dan kesehatan lahir-batin yang baik, mereka tetap berjuang menjalani pekerjaan yang dianggap sebagai ibadah.
Miskomunikasi kerap menghiasi panggung IGD, terutama disebabkan oleh reaksi panik keluarga yang dihadapkan pada gejala kesehatan yang mungkin sulit dimengerti. Kota Metro menjadi saksi ketidaksepakatan di RSUD A. Yani, yang didakwa menolak pasien dalam beberapa laporan media online.
Manajemen RSUD A. Yani menilai pemberitaan tersebut sebagai miskomunikasi semata. Mereka dengan lugas menjelaskan kronologis kejadian pada Senin, 5 Februari, di mana IGD dipenuhi lebih dari 50 pasien yang membutuhkan pelayanan medis. Bahkan, situasi itu masih berlanjut hingga malam hari Selasa, 6 Februari, dengan ruangan terpaksa diisi oleh tempat tidur pasien.
“Pada malam itu, dari keterangan tim medis kami, ada seorang bapak menggendong anak, didampingi istrinya ke IGD, menemui petugas,” ujar Dokter Hasril Syahdu, Wakil Direktur Rumah Sakit yang membidangi pelayanan. Sesuai prosedur, petugas memberikan penjelasan, namun bapak tersebut memutuskan untuk pindah sebelum pelayanan dimulai.
Manajemen meyakini bahwa faktor panik menjadi penyebab miskomunikasi, memengaruhi keputusan orang tua yang membawa anak. Mereka menegaskan bahwa tidak ada penolakan pasien di RSUD A. Yani dan tetap terbuka terhadap masukan masyarakat. Dengan komitmen membina tenaga kesehatan dan meningkatkan pelayanan, RSUD A. Yani Metro berharap dapat semakin dicintai dan dipercayai oleh masyarakat setempat. Mereka juga mengucapkan permohonan maaf atas kekeliruan atau ketidaknyamanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.(Hnf)