Jakarta, traznews com Ir. Levina Wildamina Litaay, MM, Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua (IKB TNS), menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat Maluku Indonesia untuk memperingati Hari Laut Sedunia. Sabtu (08/06/2024) Di tuprok menteng
Acara tersebut mempersembahkan inisiatif ‘Maluku Tabaos’ yang bertujuan untuk membangkitkan kembali komitmen terhadap pembangunan nasional yang berlandaskan karakteristik bangsa bahari dan visi besar Indonesia. Acara ini digelar di Taman Proklamasi, Jakarta Pusat.
Provinsi Maluku, yang terletak di kawasan timur Indonesia, dikenal sebagai salah satu provinsi kepulauan dengan potensi kelautan yang sangat kaya. Dalam sambutannya, Levina Wildamina Litaay menjelaskan bahwa Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua merupakan organisasi yang terdiri dari masyarakat adat Teon Nila Serua, yang berasal dari tiga pulau di tengah Laut Banda. Pada tahun 1978, masyarakat dari pulau-pulau tersebut dievakuasi ke Pulau Seram dan menetap di 16 negeri adat di Kecamatan TNS dan satu negeri adat di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.
Levina mengungkapkan bahwa evakuasi ini meninggalkan berbagai permasalahan sosial dan politik yang belum terselesaikan hingga kini. Untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat tersebut, organisasi ini didirikan pada tahun 2017 dan telah berbadan hukum secara nasional. IKB TNS kini memiliki cabang di berbagai provinsi, memanfaatkan kekuatan diaspora untuk membantu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.
Dalam konteks Hari Laut Sedunia, Levina menyoroti pentingnya kelautan bagi kesejahteraan masyarakat Maluku. Menurutnya, meskipun 92% wilayah Maluku adalah laut, masih terdapat enam kabupaten tertinggal di provinsi tersebut. Presiden melalui Perpres No. 63 Tahun 2020 telah menetapkan enam kabupaten tertinggal di Maluku, yaitu Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Barat Daya, Kepulauan Tanimbar ,Kepulauan Aru dan Buru Selatan. Namun, beberapa daerah telah keluar dari kategori daerah tertinggal pada tahun 2020, berkat kerja sinergis berbagai pihak termasuk ormas.
Levina juga menekankan pentingnya kolaborasi komponen pentahelix dalam pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, media, kampus, dan ormas (civil society). Menurutnya, semua komponen ini harus berperan aktif dalam lini masing-masing untuk melakukan perubahan dan mengejar ketertinggalan. Ia berharap semua peserta yang hadir di acara ini memahami peran mereka masing-masing dalam proses Pembangunan berkelanjutan.
IKB TNS sendiri telah berkolaborasi dalam program prioritas beberapa kementerian di wilayah Maluku, seperti program Indonesia Layak Anak 2030 yang sekarang menjadi Indonesia Emas 2045, program membangun dari pinggiran, program konektivitas laut – tol laut, Program Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku dengan mengangkat produk fermentasi perikanan yang merupakan sebuah kearifan lokal masyarakat TNS yaitu Inasua. Bahkan Inasua telah mendapat sertifikasi Warisan Budaya TakBenda ditahun 2015. Program dokumentasi digital Bahasa daerah yang terancam punah, Program Reformasi Agraria – PTSL dan lain-lain. Dalam acara ini, Levina berharap dapat membagi inspirasi dan cara kerja kepada ormas lain, serta mendorong mereka untuk berperan sebagai agen transformasi, bukan sekadar mengkritik atau mengeluh.
“Harapan saya hadir di sini adalah untuk mencerahkan dan menginspirasi. Semua ini harus dilakukan melalui kolaborasi pentahelix: pemerintah, swasta, kampus, media dan ormas,” kata Levina.
Dengan semangat yang tinggi, Levina optimis bahwa melalui kolaborasi dan kerja keras, Maluku akan mampu keluar dari ketertinggalan dengan memanfaatkan potensi kelautannya untuk kesejahteraan masyarakat. Saatnya Maluku Bangkit dalam kolaborasi pentahelix dan dibutuhkan seorang pemimpin orkestrasi dalam memimpin perubahan,pungkas Levina dalam penutup sambutannya.