Jakarta, traznews. Com Universitas Yarsi Jakarta menjadi tuan rumah Dialog Interaktif bertema “Minangkabau Menuju Kepunahan” yang diselenggarakan oleh Lembaga Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) yang berlangsung pada Sabtu pagi membahas kondisi adat Minangkabau dalam keseharian baik di ranah maupun di rantau, dan kekhawatiran terhadap hilangnya peranan adat Minangkabau di tengah arus globalisasi Modern , Sabtu (8/6/2024)
Dialog ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya Rektor Universitas Yarsi dan pendiri LAKM, Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D., Ketua Umum LAKM Azmi dt Bagindo, dan Ketua Bidang Adat, IRS. Dt. Gampo Sinaro. Turut hadir juga Bundo Dr. Nurdiakti Akma, niniak mamak, cadiak pandai, serta beberapa organisasi masyarakat (ormas) Minang seperti Da’i Rantau Minang (Daram), Badan Persiapan Provinsi Daerah Istimewa Minangkabau (BP2DIM), dan Ikatan Keluarga Minang.
Tema dialog kali ini, “Minangkabau Menuju Kepunahan dan Lenyapnya Peranan Adat Minangkabau di Nagari”, menyoroti kekhawatiran terhadap hilangnya peranan adat Minangkabau di tengah arus globalisasi. Ungkapan “Pulangkan sirieh ke gagang nyo! Suruikan pinang ke tampuannya,” yang berarti “Kembalikan fungsi adat dan peranan niniak mamak di negeri-negeri di Sumatra Barat,” menjadi pengingat akan pentingnya menjaga adat budaya walau jauh di rantau.
Acara ini juga mendapatkan dukungan dari beberapa UMKM, seperti Toko Buku Magek Bapayuang dan Pratama Umroh Haramain, serta menerima wakaf Al-Quran dari pengurus DPP Daram.
Usai Dialog interaktif, Prof. dr. H. Fasli Jalal menyampaikan kepada media, “Sebagai pembina dan pendiri LAKM di DKI Jakarta, saya bersyukur bahwa lembaga ini kembali memberikan kesempatan kepada keluarga Minang untuk berkumpul dan membahas kondisi keseharian kita baik di ranah maupun di rantau. Adat Minang selalu menemukan cara baru untuk mencari konsensus di tengah tarik menarik antara tradisi dan modernitas. Inilah kekuatan adat Minang yang membuat kita mampu menyesuaikan diri dan Dinamis di mana pun berada, meskipun ada perubahan mendasar dari kampung halamannya.”
Prof. dr. H. Fasli Jalal menambahkan, “Forum ini menjadi sangat penting untuk mendiskusikan tantangan yang dihadapi adat budaya Minang. Tradisi harus dijaga, tetapi juga harus mampu berintegrasi dengan budaya global sehingga identitas kita tidak hilang, melainkan mampu merespon perubahan yang ada.”
“Tadi dari berbagai pembicara atau narasumber kita semakin mengokohkan konsesus bahwa memang kita tidak sedang biasa – biasa saja, adat budaya Minang sedang dapat tantangan bagaimana tradisi yang baik di jaga ,tapi terexposesur kepada hal – hal yang baru yaitu budaya global budaya yang lain itu di integrasikan, sehingga identitas kita tidak hilang tetapi kita bisa selalu merespon perubahan – perubahan.” Tuturnya
Beliau juga menekankan pentingnya memahami generasi muda, “apalagi anak – anak sekarang beda sekali dengan kita , kita mengerti generasi G, generasi milenial gimana cara mereka berfikir, cara mereka bertindak, psikologi mereka yang sebagian nyaman, yang sebagian lagi mungkin tidak nyaman perlu penyesuaian sebagian lagi mungkin tidak cocok Jadi kita perlu di organisir mana yang masih tepat , mana yang perlu di tingkatkan,mana yang di perbarui dan mana yang betul – betul hal yang jangan sampai kita lakukan sama sekali,” tutup Prof. dr. H. Fasli